200 Dai Muda Dibekali Wawasan Dakwah Mandiri dan Berdampak

Direktorat Penerangan Agama Islam, Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama membekali 200 dai muda dari seluruh provinsi di Indonesia dengan wawasan dakwah mandiri dan berdampak melalui kegiatan Pembibitan Calon Dai Muda Tahun 2025 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin (4/8/2025).

Pimpinan Pondok Pesantren Modern Dzikir Al-Fath, Kota Sukabumi, KH. M. Fajar Laksana, yang hadir sebagai narasumber, menekankan pentingnya dakwah yang tidak hanya bersifat lisan dan ritualistik, tetapi juga berbasis pada kemandirian serta memberi dampak nyata dalam kehidupan sosial dan ekonomi umat.

Kiai Fajar mengatakan, dai masa kini harus mengusung paradigma baru dalam berdakwah, yaitu melalui tindakan nyata, solusi konkret, dan keteladanan. “Islam hadir bukan hanya untuk mengajarkan ibadah, tetapi juga membangun peradaban yang mandiri, bermartabat, dan menyejahterakan,” ujarnya di hadapan peserta.

Menurutnya, dai harus turun langsung ke masyarakat dan menjawab kebutuhan umat. “Dakwah bukan sekadar mimbar, tapi bagaimana kita menyalakan dapur. Jangan sampai umat hanya mendengar ceramah, tapi tetap lapar. Maka dai harus membawa program ekonomi,” tegasnya.

Dalam forum tersebut, Kiai Fajar memaparkan model dakwah berbasis Integrated Farm Education and Entrepreneurship, yaitu pendekatan dakwah yang mengintegrasikan spiritualitas, ilmu pengetahuan, lingkungan hidup, dan kewirausahaan. Konsep ini telah memperoleh pengakuan melalui Surat Pencatatan Ciptaan Nomor 000944646 Tahun 2025.

Salah satu implementasi dari dakwah ekoteologi ini adalah produksi tahu-tempe skala rumah tangga, pengolahan limbah menjadi pakan ternak, serta pembentukan rumah produksi di lingkungan pesantren. “Dari 20 kilogram kedelai saja, bisa menghasilkan keuntungan bersih Rp3,6 juta per bulan. Ini dakwah yang memberi makan,” jelasnya.

Ia menambahkan, ketahanan pangan dan wirausaha merupakan fondasi kemandirian umat. Ia mengkritik sistem ekonomi kapitalistik yang mengandalkan produksi massal dan monopoli pangan, dan menyerukan agar umat kembali ke sistem pertanian lokal berbasis komunitas dan pesantren.

Sebagai bentuk kontribusi konkret, Kiai Fajar menawarkan kesempatan kuliah dan magang gratis di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath. Peserta akan dibekali dakwah integratif, mulai dari spiritual hingga teknis produksi. “Cukup bawa niat dan bawa diri. Kami akan siapkan semuanya, asal sungguh-sungguh,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa masa depan dakwah tidak hanya terbatas di dalam negeri. Menurutnya, peluang besar terbuka bagi dai untuk berdakwah di Jepang, Timur Tengah, hingga Afrika, baik dalam skema kerja produktif maupun dakwah kultural.

“Dai bukan hanya menyampaikan ayat, tapi harus membawa peradaban. Bukan datang sebagai pencari kerja, tapi sebagai pembawa nilai dan solusi. Maka, kuasai teknologi, kuasai pasar, dan bangun ekosistem dakwah yang berdampak,” ungkapnya.

Ia mengatakan bahwa tantangan menuju 2045 adalah bonus demografi, di mana lebih dari 150 juta penduduk usia produktif akan bersaing mencari peluang hidup. Oleh karena itu, dai masa depan harus mampu menciptakan lapangan kerja, bukan hanya mencari pekerjaan.

“Karenanya, Kementerian Agama berharap, pembibitan dai muda ini akan melahirkan generasi baru dai yang mampu membaca zaman, membumikan pesan Islam dengan pendekatan praktis, dan membangun umat dari bawah dengan kekuatan ilmu, kerja, dan spiritualitas,” pungkasnya.

Sumber : 200 Dai Muda Dibekali Wawasan Dakwah Mandiri dan Berdampak